Breaking News

Balita di Pangke Meral Barat Diduga Menderita Tumor Bagian Paha Butuh Bantuan, Akan Berobat ke Jakarta

RADIOAZAM.ID – Seorang balita bernama Asyifa Martadinata warga Kampung Sukadamai RT 01 RW 04 Desa Pangke Kecamatan Meral Barat, terpaksa dioper-oper oleh rumah sakit di Karimun dan Batam, atas sakit yang diderita, dengan tiga diagnosa dari tiga rumah sakit yang berbeda pula.

Sehingga saat ini tidak begitu jelas apa sakit yang sesungguhnya diderita oleh balita berusia 2,3 tahun itu. Bungsu dari dua bersaudara pasangan suami istri Bayu Suryadinata (35) dan Leny Marlina (26) itu, kemudian terpaksa berobat alternatif barulah sakit yang diderita berangsur berkurang.

Menurut Bayu, putrinya dirawat pertama kali di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muhammad Sani sewaktu masih berusia satu tahun lebih. Dengan diagnosa lemak dan cairan, yang membuat bengkak pada bagian belakang paha dan pantatnya, sehingga menimbulkan rasa nyeri yang membuat bayi Asyifa kerap menangis menahan sakit.

Merasa tidak puas atas diagnosa tersebut, Bayu kemudian membawa anaknya berobat ke Rumash Sakit Bakti Timah (RSBT). Tapi ternyata diagnosa yang didapat berbeda dari rumah sakit milik Pemkab Karimun itu. Setelah medis mengambil sampel cairan dari paha Asyifa, lalu di diagnosa mengidap sakit pembuluh darah yang tersumbat.

“Karena paha bagian anak saya semakin bengkak dan terasa sakit, maka dokter RSBT menyarankan agar dirujuk ke Batam berbekal surat rujukan tertanggal 25 Mei 2021, sehingga kami melanjutkan berobat ke Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB). Tapi belum sempat ditangani medis, kami disuruh pulang dan tidak mau dilayani, dengan alasan berkas tidak lengkap. Padahal kami sudah bawa surat rujukan dari RSBT sebagai dasar untuk berobat,” cerita Bayu kepada Radioazam.id, Selasa (29/6).

Dia sempat berdebat dengan salah seorang dokter, setelahnya barulah anaknya diperiksa ulang kondisi kesehatannya, tanpa melihat hasil rujukan RSBT Karimun dan telah dilakukan rontgen ulang.

“Setahu saya, kalau rumah sakit tidak mampu atau tidak bisa menangani dan kemudian akan dirujuk ke rumah sakit yang lain, pasti ditangani medis terlebih dahulu sambil menunggu rumah sakit mana yang akan dituju sebagai rujukan. Tapi tau-tau kami disuruh pulang, disitulah saya marah-mara, barulah kemudian anak saya di rontgen,” jelas Bayu.

Namun alangkah terkejutnya Bayu, karena diagnosa Asyifa mengidap 99 persen tumor ganas oleh medis RSOB yang memeriksa anaknya. Namun tidak diberitahu sudah stadium berapa. Setelah mendapatkan diagnosa, lagi-lagi balita tersebut tak kunjung ditangani medis, hanya disuruh menunggu dan sampai seminggu lebih.

Mirisnya lagi, Asyifa hanya diberikan Paracetamol selama seminggu leih terbaring di RSOB. Kemudian, dokter yang menangani menyarankan agar anak tersebut harus dirujuk ke Jakarta. Namun karena merasa tidak punya biaya untuk berangkat dan mencukupi kebutuhan seharai-hari di Ibu Kota, Bayu pun tidak berani memutuskan apakah akan ke Jakarta ataupun tidak.

Kemudian disarankan jika tidak jadi ke Jakarta agar dapat melanjutkan pengobatan ke Rumah Sakit Awal Bros (RSAB). Namun lagi-lagi Asyifa tetap terbaring selama seminggu tanpa ada tindakan medis.

“Bahkan dokter yang menangani anak saya di RSAB, ternyata dokter yang sama saat kami berobat di RSOB. Saya sempat kaget melihat dokternya, ternyata yang pernah menangani kami di rumah sakit sebelumnya (RSOB-red). Lagi-lagi dokternya bilang, anak saya harus dirujuk ke Jakarta, tapi saya jawab, sudah beberapa minggu di Batam dan pekerjaan saya terbengkali, sementara atasan sudah terus menerus telepon kapan saya masuk kerja. Kalau saya tidak kerja, dari mana biaya berobat anak saya,” cerita Bayu.

Karyawan dari salah satu PT granit di Karimun ini menyebutkan, memang biaya berobat anaknya menggunakan fasilitas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kelas II dari perusahaan tempatnya bekerja. Namun saat berada di RSOB, Asyifa mendapatkan ruangan kelas III, sehingga membuat kedua orang tuanya sempat bertanya-tanya.

“Padahal BPJS kami kelas II, tapi diberikan fasilitas kelas III, saya sempat protes juga. Tapi alasan manageman RSOB, kelas II atau kelas III itu tergantung pembayaran. Lalu saya jawab, memang tergantung pembayaran, tapi BPJS saya kan dibayar oleh perusahaan untuk kelas II bukan kelas III. Kalau kelas III itu yang dari pemerintah. Ini kan ibaratnya, saya bayar sendiri meski PT yang bayarkan bersumber dari gaji saya yang dipotong setiap bulannya,” tambah Bayu.

Memasuki dua minggu lebih, Bayu merasa persediaan dana untuk mencukupi kebutuhan selama belasan hari berada di Batam sudah tidak memungkinkan. Sehingga dia memutuskan untuk kembali pulang ke Karimun.

Setibanya di Karimun, Bayu mendapat saran dari teman-temannya agar berobat alternatif dengan seorang ustadz di Desa Pongkar Kecamatan Tebing, yang ternyata juga paham tentang perobatan medis, lalu disebut Asyifa hanya mengalmi penyumbatan pada bagian paha belakang.

“Saya juga lupa nama medis yang disebutkan. Sambil berobat alternatif, kami pun memesan madu akar bajakah Kalimantan, alhamdulillah mulai ada perubahan meski tidak kempes total, tapi anak saya sudah bisa bermain dan tidak lagi menangis seperti sebelumnya. Sewaktu belum kempes, jangankan kita pegang, tersentuh sedikit saja dia nangis, terasa sanga sakit. Sekarang masih ada bengkaknya tapi sudah tidak dihiraukan dan anak saya sudah bisa bermain,” ungkapnya.

Meski menunjukkan kondisi yang sudah ada perubahan lebih baik, namun Bayu tetap berencana akan membawa anaknya berobat ke Jakarta. Agar dapat segera ditangani oleh medis. Hanya saja, dia terbentur dengan biaya yang tidak sedikit.

“Masih belum dapat berangkat, karena tidak ada biaya, sementara ya hanya bisa memberikan obat alternatif, madu bajakah Kalimantan. Bengkaknya masih ada dan masih cukup besar, artinya masih belum sembuh,” jelas Bayu lagi.

3 Rumah Sakit di Karimun dan Batam Mendiagnosa Sakit Asyifa Dengan Hasil Berbeda-Beda

Orang tua Asyifa Martadinata masih dibuat bingung oleh tiga rumah sakit di Karimun dan Batam, yang mendiagnosa sakit balita tersebut secara berbeda-beda hasilnya. Bengkak yang sangat besar pada paha kanan bagian belakang bayi berusia 2,3 tahun itu, disebut oleh medis RSUD Muhammad Sani hanya berupa lemak dan cairan, namun berbeda lagi ketika berobat di Rumah Sakit Bakti Timah (RSBT) Karimun, disebut ada urat yang terjepit.

Tapi saat dirujuk ke RSOB Kota Batam, sakit yang diderita buah hati pasangan Bayu Suryadinata (35) dan Leny Marlina (26) justru berubah menjadi 99 persen adalah tumor

“Bingung jadinya, tiga rumah sakit yang memeriksa anak saya ternyata hasilnya beda semuanya. Yang mana yang betul. Anehnya lagi, anak saya ini diagnosanya sakitnya sangat keras, tapi hanya dikasi paracetamol saat berada di Batam. Anak saya bukan demam, tapi ada sakit atau bengkak pada paha kanan bagian belakang,” ucapnya.

Oleh karena itu, Bayu mengaku akan tetap membawa Asyifa berobat ke Jakarta. Namun masih belum dapat dipastikan karena kendala biaya.

“Sementara ini anak saya sudah bisa ketawa, alhamdulillah bengkaknya sudah berkurang. Tapi ini belum di diagnosa secara pasti, makanya harus tetap ke Jakarta,” pungkas Bayu.(agn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *