Breaking News

Cerita TKI Terakhir Yang Pulang ke Karimun Tak Lagi Punya Pekerjaan

0 0

RADIOAZAM.ID – Disaat sebagian orang sudah mulai mengancang-ancang dalam mempersiapkan menyambut bulan suci ramadhan dan hari raya Idul Fitri sebulan lagi, namun tidak bagi Susanto (37). Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terakhir yang baru pulang dari Malaysia ke Karimun itu justru semakin pusing.

Betapa tidak, ia merupakan orang terakhir yang pulang ke Indonesia di Karimun dan tidak diperbolehkan lagi datang ke Malaysia untuk bekerja. Sehingga tidak ada lagi harapan dan penghasilan untuk bulan depan, yang tentunya akhir Mei mendatang memasuki hari raya Idul Fitri.

Susanto bersama 11 orang TKI lainnya tiba di Pelabuhan Tanjungbalai Karimun pada Selasa pagi (14/4) sekira pukul 09.00 WIB. Begitu tiba di kampung halamannya, pria tiga anak ini langsung terbayang wajah tiga buah hatinya yang masih kecil-kecil. Tapi dia terpaksa nurut dengan aturan yang telah diberlakukan di Kabupaten Karimun, untuk dikarantina di SMPN 2 Tebing.

Begitu tiba di lokasi karantina, Susanto disusul oleh sang istri untuk sekedar bertemu dan menanyakan kabar serta kondisi kesehatan anak-anak yang tidak dibawa bertemu.

“Semua serba sulit, harusnya setelah pulang ini bisa kembali berangkat lagi ke Malaysia, agar pulang lagi dalam waktu satu bulan berikutnya, sudah ada dana untuk persiapan hari raya Idul Fitri pada Mei mendatang. Tapi kami sudah tidak dibenarkan lagi masuk Malaysia,” cerita Susanto saat ditemui di SMPN 2 Tebing, Selasa siang (14/4).

Larangan itu terkait dengan pemberlakuan lockdown oleh pemerintah Malaysia, sehingga ketika para TKI yang sudah pulang ke kampung halaman, tidak akan bisa lagi datang ke negara tetangga itu.

“Ini seminggu lagi sudah mau puasa, setelahnya kita lebaran. Sepertinya tidak ada persiapan yang spesial untuk hari raya Idul Fitri tahun ini, gaji hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dirumah, belum lagi bayar kontrakan. Kalau baju lebaran untuk saya bisa lah tidak dibeli, tapi kalau anak, sangat sulit untuk saya tolak. Yang terbayang sekarang sebulan lagi kita sudah persiapan hari raya, kebutuhan banyak tapi hari raya nanti pastinya sangat jauh berbeda,” ceritanya lagi.

Gaji yang dia terima sebagai pekerja toko penjual daging ayam dan daging sapi di Malaysia, dirasa cukup memenuhi kebutuhan keluarga selama sebulan. Namun ketika tidak lagi dibenarkan masuk Malaysia, Susanto mengaku harus berpikir keras untuk mencari pendapatan di kampung halaman.

Menurutnya, karena status lockdown di Malaysia, maka kapal feri yang biasa melayani rute pelayaran Kukup- Tanjungbalai Karimun sudah tidak lagi berangkat. Kapal yang ia gunakan pada Selasa pagi (14/4) merupakan kapal terakhir yang tiba di Karimun, artinya tidak akan ada lagi kapal dari negara tetangga yang mengangkut penumpang.

“Ya kerja apa saja lah nanti, tunggu setelah pulang dari karantina ini. Mungkin kalau tidak ada kerja, saya akan berjualan makanan siap saji saja. Berbekal kemampuan memasak saya, mudah-mudahan bisa menghidupi keluarga. Namun butuh modal juga sih, semoga saja pemerintah Kabupaten Karimun bisa membantu modal,” harap Susanto.

Kondisi sulit itu, sudah dia sampaikan kepada sang istri dan meminta untuk tetap bersabar. Karena situasi menyambut puasa ramadhan dan hari raya Idul Fitri tidak semeriah tahun lalu.

“Ya sudah tergambar bagaimana suasana kami merayakan lebaran bulan depan. Gaji yang saya bawa hari ini hanya cukup untuk satu bulan. Artinya Mei besok perlu putar otak, mau kerja apa, sedangkan bulan depan kita sudah hari raya, sepertinya tak ada baju untuk Idul Fitri,” ungkap Susanto.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Andi (34). Lajang asal Sungairaya Kecamatan Meral ini menceritakan kondisi di Malaysia yang memang sulit untuk beraktifitas meski ada keperluan diluar rumah yang harus dilakukan.

“Bahkan untuk mengisi pulsa ponsel saja kami harus nitip dengan bos tempat kerja. Mau belanja keperluan di dapur harus isi blanko yang diserahkan polisi saat berjaga setiap sudut jalan. Tidak boleh sembarangan keluar kalau tidak ada keperluan, nandi dikenakan bayar denda,” terang Andi.

Menurutnya, keluar masuk Malaysia memang dilakukan sebulan sekali karena dokumen yang dimiliki hanya paspor. Sehingga ketika kunjungan hampir 30 hari maka diharuskan pulang ke Karimun, setelahnya beberapa hari kembali lagi ke Malaysia.

“Saya masuk (berangkat ke Malaysia) kemarin 17 Maret, hari ini pulang jadi pas hampir 30 hari. Seharusnya bisa masuk lagi, tapi tidak ada lagi kapal yang berangkat dan tidak boleh lagi masuk Malaysia. Mudah-mudahan wabah covid 19 ini segera berakhir. Bingung mau kerja apa di Karimun,” katanya.

Disebutakan Andi, saat status lockdown di Malaysia, keluarga di Karimun kerap menanyakan kabarnya apakah dapat pulang dangen situasi seperti itu.

Setibanya di Karimun, Andi berharap tidak terlalu lama diinapkan di lokasi karantina sebagaimana aturan yang diharuskan. Karena ia ingin segera mencari kerja meskipun hanya pekerjaan serabutan.

“Yang jelas sambut puasa tahun ini yang tergambar adalah hampa, tidak ada persiapan karena kebutuhan sehari-hari saja sulit. Mudah-mudahan pemerintah daerah punya kebijakan untuk kelangsungan hidup kami yang bekerja mengandalkan lowongan di negara Malaysia,” harap Andi.(agn)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *