RADIOAZAM.ID – 9 orang warga Sungai Lakam Timur Kecamatan Karimun datangi Kantor Perumda Tirta Mulia Karimun, atas keluhan sudah empat bulan air tidak mengalir, Sabtu pagi (8/4/2023).
Kedatangan mereka untuk menyapaikan keluhan dan memastikan, solusi apa yang akan diberikan oleh BUMD yang mengelola air bersi tersebut.
Sebagaimana yang dikeluhkan oleh Herianto, yang merupakan salah seorang warga Sungai Lakam Timur. Ia turut serta bersama rombongan mendatangi Kantor Perumda Tirta Mulia Karimun untuk meminta kejelasan.
“Sudah empat bulan air tidak mengalir kerumah kami, empat bulan juga kami beli air dari truk tanki. Pengeluaran sebulan sampai Rp500 ribu. Kalau air lancar rata-rata hanya Rp100 ribu per bulan, mau sampai kapan seperti ini,” kata Herianto kepada Radioazam.id.
Dari pertemuan singkat itu, Herianto bersama warga lainnya masih menunggu solusi dan itikad baik dari Perumda Tirta Mulia Karimun, dalam menuntaskan persoalan air bersih yang tak kunjung selesai selama empat bulan hingga saat ini.
Warga menurutnya, sempat merasa kecewa karena tidak berhasil menemui Direktur Perumda Tirta Mulia Karimun, untuk mendapatkan informasi langsung dari pimpinan yang bertanggungjawab atas kondisi air bersih tak kunjung mengalir.
“Kami mau ketemu dengan Direktur, tapi tidak berani keluar,” tambah Herianto.
Setelah mendapatkan penjelasan dari Kabag Umum Perumda Tirta Mulia Karimun, Rahmad, tentang kondisi yang terjadi serta menyampaikan solusi, maka warga tersebut kemudian pulang.
Sementara itu, Kabag Umum Perumda Tirta Mulia Karimun, Rahmad menanggapi, bahwa kedatangan 9 Kepala Keluarga (KK) ke tempatnya berkantor untuk menanyakan alasan air tidak mengalir sudah dua bulan, yang sebelumnya disebutkan warga empat bulan, dan sampai saat ini memang belum ada solusi, meski sudah pernah membuat pengaduan sebelumnya.
“Jadi mereka menyampaikan ke kita untuk meminta solusi, supaya air tetap jalan. Karena menurut warga, sebelumnya air tetap normal dan baru kali ini kondisinya yang paling parah,” kata Rahmad kepada media ini.
Sehingga dia pun memberikan penjelasan kepada warga, bahwa sejauh ini memang ada tekanan yang mulai menurun di wilayah Sungai Lakam Kecamatan Karimun.
“Hal ini dipengaruhi banyak hal, terutama pengaruh dari penambahan jumlah pelanggan, kemudian kondisi jaringan pipa, mungkin wilayah bukit sehingga jadi naik dan nanti pasti jadi turun, itu juga berpengaruh dengan tekanan,” kata dia.
Selain itu menurut Rahmad, wilayah produksi sampai saat ini memang belum dilakukan penambahan bak penampung, dan masih kapasitas standar sejak tahun 1996, dan belum dapat ditambah.
“Artinya ketika produksinya tinggi, sementara baknya penampungnya kecil artinya tetap kapasitasnya segitu. Sehingga itu juga mempengaruhi wilayah tekanan, namun di beberapa tempat ya masih aman-aman saja. Hanya satu wilayah ini saja di Sungai Lakam, yang sampai saat ini kami sudah ada dua kali percobaan, untuk mengkoneksikan dengan pipa-pipa lainnya. Tapi kalau kami sambungkan ada resiko di tempat lain, yang justru nanti berkurang pula, artinya tidak cukup juga, nah ini kami kan maunya bagaimana air tetap merata,” jelas Rahmad.
Menurutnya, wilayah Sungai Lakam termasuk salah satu jaringan ujung transmisi satu, yang merupakan jaringan dari Sungai Bati Kecamatan Tebing ke Bukit Tiung Kecamatan Karimun dengan jarak yang begitu jauh.
Solusi yang diberikan kepada warga Sungai Lakam, bahwa akan diupayakan untuk mencoba menggunakan transmisi dua, yang sambungannya berada di wilayah Kecamatan Meral.
“Tapi ada resiko yang harus kami perhatikan juga, takutnya nanti di wilayah mana pula yang malah terkorbankan. Tapi kami tetap melaksanakan upaya untuk mengatasi walaupun tidak bisa 100 persen, tapi saya sampaikan itu tadi yang paling ekstrem, bahwa wilayah Sungai Lakam tidak semuanya, tidak ada airnya,” katanya.
Rahmad menjelaskan, di wilayah Sungai Lakam tidak semua terkena dampak tidak ada aliran air, hanya beberapa KK saja. Karena lokasi tersbeut merupakan paling ujung dari sambungan aliran air.
“Makanya saya sampaikan bahwa alasan yang paling ekstrem, bawaha mohon maaf untuk wilayah bapak ibu, saya tidak bisa pastikan untuk dapat air, dan yang saya sampaikan. Lalu soal pembayaran bulanan pelanggan air bersih, ya kami akan putuskan tidak ada tagihan. Artinya bebannya kosong dan akan kita tutup tagihannya, hanya meterannya tetap terpasang, tapi sistem yang menyatakan bahwa pelanggan disitu tidak aktif dulu, sampai kami carikan solusi,” sebut Rahmad.
Kondisi seperti itu menurutnya, pernah terjadi di beberapa tempat salah satunya di Teluk Air Kecamatan Karimun, namun bisa dicarikan solusi dengan tekanan air yang tinggi. Sedangkan kondisi yang terjadi di Sungai Lakam dikabarkan baru kali ini terjadi.
“Makanya salah satu pelanggan tadi mengatakan, sebelum-sebelumnya tidak pernah kejadian seperti ini, berarti ada kesalahan teknis pada jaringan. Memang tidak ada yang bocor dan kalaupun ada pasti kami tahu. Jadi yang jelas memang itu lah kondisinya, air yang dari bak berpengaruh dengan penambahan pelanggan sehingga air tidak penuh. Karena kalau gravitasi itu kan sifatnya harus penuh maka tekanan air lebih tinggi, tapi kalau sudah turun setengah maka tekananan air juga melemah,” katanya lagi.
Mengenai target penuntasan masalah air di Sungai Lakam, Rahmad menyebutkan akan mencoba cari jaringan di wilayah Kecamtan Meral.
“Apakah ini berhasil atau tidak, sejauh ini kami harus melakukan uji coba dulu. Karena sifatnya kalau air itu kita tidak bisa hitung-hitungan secara gambaran. Alasan cari solusi ke Meral, karena wilayah situ sudah mandiri sejak dibangun Sentani. Artinya dalam hal ini kami merasa aman kalau kami typing atau sambungkan dari wilayah situ dan bukan lagi dari wilayah Bukit Tiung,” ungkap Rahmad.
Dia memberikan tenggat waktu bahwa sebulum cuti bersama akan diupayakan sudah tuntas masalah keluhan air bersih warga Sungai Lakam Kecamatan Karimun.
“Mudah-mudahan sebelum lebaran ini sudah berhasil, tapi kalau ini tidak berhasil itu tadi solusinya, tetap kami putuskan sampai kami ketemu jalan keluarnya seperti apa,” pungkasnya.(agn)
Average Rating